Pendekatan ini merupakan perpaduan pendekatan
keruangan dan ekologi. Interaksi antar wilayah akan berkembang karena
hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain karena ada perbedaan
permintaan dan penawaran antar wilayah tersebut. Pada pendekatan ini analisa
keruangan dan analisa ekologi atas wilayah dan atas interaksi antar wilayah
tersebut tak hanya dipandang dari sisi penyebaran penggunaannya serta
penyediaannya saja, tapi juga interaksinya dengan manusia pada wilayah
tersebut.
Dalam konteks pendekatan ini dikenal
terminology pewilayahan dan klasifikasi wilayah. Dikenal pula uniform region
yaitu pewilayahan berdasar keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu,
nodal region, yaitu wilayah yang dalam banyak hal diatur beberapa pusat
kegiatan yang saling dihubungkan dengan garis melingkar, generic region
merupakan klasifikasi wilayah yang menekankan pada jenisnya, fungsi wilayah
kurang diperhatikan, dan akhirnya specific region merupakan klasifikasi wilayah
menurut kekhususannya, merupakan daerah tunggal, mempunyai ciri geografi
khusus.
1.
Uniform Region
Uniform region disebut juga wilayah formal,
yaitu suatu wilayah yang dibentuk oleh adanya kesamaan kenampakan
(homogenitas), misalnya kenampakan kesamaan dalam hal fisik muka bumi, iklim,
vegetasi, tanah, bentuk lahan, penggunaan lahan yang ada dalam wilayah
tersebut, baik secara terpisah maupun berupa gabungan dari berbagai aspek.
Karena itu Uniform region, mempunyai
bentuk-bentuk kenampakan penggunaan lahan dengan pola umum dari aktivitas
industri, pertanian, permukiman, perkebunan, dan bentuk-bentuk penggunaan lahan
lain yang relatif tetap. Karena itu, Uniform region lebih bersifat statis.
Misalnya, lembah sungai yang dicirikan oleh daerah alirannya, di kota besar
daerah CBD (Central Bussiness District), zone permukiman, zone pinggiran kota
juga merupakan uniform region.
Tiap-tiap wilayah ada yang dibatasi oleh batas
yang jelas misalnya, aliran sungai, jalan, igir (puncak punggungan), gawir,
selat, dan laut. Tetapi ada juga wilayah yang batasnya samar atau tidak jelas
misalnya batas wilayah pedesaan, batas wilayah hutan hujan tropika, dan batas
wilayah konservasi. Akan tetapi, dalam konsep uniform region yang dipentingkan
bukanlah pengenalan tentang batas-batas luar wilayah, melainkan tentang
mengenal bagian inti wilayah. Hal ini disebabkan sulitnya dalam melakukan
pembatasan wilayah (delimimati) terhadap wilayah yang homogen, sehingga
muncullah istilah wilayah inti (core region).
Wilayah inti adalah bagian dari suatu wilayah
yang memiliki derajat deferensiasi paling besar, dibandingkan dengan wilayah
lain dan umumnya terletak di bagian tengah. Wilayah inti tersebut, umumnya
merupakan wilayah yang pertama kali berkembang dan menjadi pusat pertumbuhan
apabila kondisi fisik di sekitarnya memungkinkan. Makin jauh letak suatu
wilayah dari wilayah inti, maka makin lemah pengaruh wilayah inti dan
menjadikan wilayah tersebut sebagai zona transisi yang mendapat pengaruh dari
wilayah inti yang lain. Adapun batas-batas wilayahnya mempunyai perbedaan
paling kecil dengan wilayah tetangganya.
Satu hal yang perlu diketahui, uniform region
lebih bersifat statis, maka yang dimaksud dengan wilayah inti (core region)
tersebut bukanlah merupakan pusat yang dapat menimbulkan interaksi di dalamnya
menjadi dinamis. Tetapi, hanya merupakan jantung wilayah (heartland area) yang
pertama kali mengalami perkembangan.
Uniform region merupakan wilayah yang
didasarkan pada gejala atau objek yang ada di tempat tersebut baik bersifat
fisikal seperti kemiringan lereng, penggunaan lahan, flora, fauna, curah hujan,
gempa atau yang lainnya. Maupun didasarkan pada objek atau gejala yang besifat
sosial seperti pendidikan, tingkat ekonomi, mata pencaharian, dan tingkat
pendapatan. Penamaan uniform region dapat juga di dasarkan pada objek atau
gejala yang bersifat budaya (adat istiadat) seperti wilayah suku terasing,
wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan.
2.
Nodal Region
Nodal region adalah wilayah yang secara
fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan daerah belakangnya
(interland). Tingkat ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk,
faktor produksi, barang dan jasa, ataupun komunikasi dan transportasi.
Sukirno (1976) menyatakan bahwa pengertian wilayah nodal yang paling ideal
untuk digunakan dalam analisis mengenai ekonomi wilayah, mengartikan
wilayah tersebut sebagai ekonomi ruang yang dikuasai oleh suatu atau beberapa
pusat kegiatan ekonomi.